Task 6
CERITA FIKSI – HOROR KURIR FICTION STORY - HORROR COURIER Ini terjadi di suatu malam di kota kecil di daerah Arizona. Mu...
CERITA FIKSI – HOROR
KURIR
FICTION STORY - HORROR
Ini
terjadi di suatu malam di kota kecil di daerah Arizona. Musim penghujan memang
sering terjadi di daerahku,terutama karena Arizona memang terkenal dengan
daerah hujan. Teman satu apartemenku menggigil kedinginan.
At Night in a
small town in the Arizona area. Arizona was famous place where have rainy
season. My apartment's friend shivered cold.
Awalnya
kupikir dia hanya terkena dampak dari cuaca. Namun, ketika gertakan di giginya
sudah berlebihan aku menyentuh keningnya dengan punggung tanganku. Dia sedang
demam!
I thought he affected by the weather. However,
when he was snapping his teeth excessive, I
touched his forehead with my backhand. He has been
a fever!
Aku
memutuskan pergi untuk mencari obat di luar. Kupikir daerah ini sama saja
dengan daerah asalku di New Jersey, malam yang masih ramai. Namun, tempat ini
berbeda. Malam begitu sepi, terutama di gang menuju apartemenku.
I decided to look for the medicine outside. I thought this area was the
same as my native in New Jersey, where was still
crowded at night. However, this place was different. Because it was so
quiet, especially in the alley to my apartment.
Hanya beberapa taksi yang terlihat di jalanan
besar dan beberapa mobil besar. Aku berjalan di trotoar dengan kedua tangan di
kantung jaketku. Aku tidak begitu takut, karena di N.J aku juga sering keluar
malam. Di depanku, beberapa wanita malam sedang merokok.
Only a few taxis were seen on the big
streets and several large cars. I walked on the sidewalk with hands in my
jacket pocket. I was not so scared, because in N.J I also often went out at
night. In front of me, a few women were smoking.
Sebuah
mobil dengan bagian belakang terbuka terparkir di dekat mereka, seseorang dari
mereka duduk di situ. Mereka mengenakan jas selutut, dan sepatu hak yang cukup
tinggi. Kupikir mereka sedang menunggu pelanggan. Namun ini sudah pukul 00.00.
Mereka
mungkin baru saja selesai bekerja. Aku tiba di sebuah mini market. Satu-satunya
yang masih buka di sepanjang perjalananku. Tempatnya tidak cukup jauh, dari
gang rumahku, menyeberang dari jalan besar, lalu ke sebuah gang dan mini market
itu berada di ujung gang.
Aku
mengambil beberapa obat penurun demam, sabun pembersih muka (kebetulan
pembersih mukaku sedang habis), beberapa minuman kaleng dan roti. Aku tidak
melihat, namun aku yakin si kasir terus memandangku sejak tadi. Aku memutuskan
untuk segera keluar dari tempat itu.
I took some medicine fever, facial cleanser (incidentally my facial
cleanser was out), some canned drinks and bread. I did not see her, but I was
sure the cashier kept looking at me since I came. I decided to get out of that place
immediately.
“Sering
keluar malam?,”tanya wanita itu.
"Did you often go out at
night?" The woman asked.
Aku
mengerutkan keningku,”Yaah… Tidak..ini pertama kalinya..”
I wrinkled my forehead, "Well ...
No ... this was the first time ..."
“Kau
bukan orang sini kalau begitu.”
"You were
not from here."
“
Ya..,”jawabku. Kakiku mulai bergoyang tak sabar ingin segera meminta kantung
belanjaanku. Dia terkesan melambatkan pekerjaannya. “Apa kau menggunakan
kendaraan?”
"Yes ..." I replied. My legs began to shake and couldn't wait to ask
for my shopping bag. She seemed to slow
down her work. "Were you using a
vehicle?"
“Maaf.. Tapi itu bukan urusan
anda..,”jawabku ketus.
"Sorry ... But that was not your
business ..." I replied curtly.
“Kau
berjalan..,”gumamnya, “Berhati – hatilah…”
"You walked ..." he murmured,
"Be careful ..."
“
Maksudmu?”
"What did you mean?"
“Ini
sudah tengah malam. Apa kau tidak pernah berpikir, setiap daerah memiliki
cerita.. dongeng pada siang hari dan menjadi mimpi buruk pada malam hari”
"It was already midnight. Have you
never thought, every area has a story ... a fairy tale during the day and a
nightmare at night? "
Aku mengerutkan keningku,”urban legend?”
I wrinkled my
forehead, "urban legend?"
Dia
mengangguk,”kau pelanggan terakhir sejak dua jam lalu.”
He nodded, "You were the last
customer since two hours ago."
“Mengapa
kau tidak menutup tokomu?”
"Why did not you close your
shop?"
“Aku
hanya pelayan di sini,”katanya.
"I was just a waiter here," she
said
Aku
melirik pakaian yang dikenakannya. Memang seragam untuk pekerja di minimarket
pada umumnya.
I glanced at the clothes which she
wore. It was indeed uniform in general
for workers in the minimarket.
“Seharusnya
minimarket sudah tutup pukul 10, tapi aku bisa saja membukanya sampai besok
pagi.”
"The minimarket should have closed
at 10, but I could open it until tomorrow morning."
Aku
mengerutkan keningku. Siapa yang mau menambah shift kerjanya?
I wrinkled my forehead. Who did want to add to her shift?
Wanita
itu tertawa seakan-akan sedang meledek ekspresiku yang sedang serius.
The woman laughed as if she were
teasing my serious expression.
“Hahhhahha..
Aku akan menutupnya sebentar lagi! Setelah kau pulang pastinya,”candanya lagi
di akhir kalimatnya.
"Hahahahaha ... I would close it
soon! After you went home, of course, "he joked again at the end of her
sentence.
Apapun
itu, aku merasa dia membuat proses transaksi itu menjadi sangat lama. Temanku
mungkin bertanya – tanya di mana aku.
Whatever it was, I felt she made the
transaction process very long. My friend
might be wondering where I was.
“Tolong
dipercepat,”kataku kesal,
"Please have been speed up,"
I said upset,
“Ah?
Ah..ya,”kata wanita itu sambil mencari barcode roti yang kuambil.
"Ah? Ah ... yes, "said the woman while
looking for the barcode of the bread which I was taking.
“Hati-hati
pada si kurir,”katanya lagi.
"Be careful with the
courier," she said again
Ini
membuatku semakin muak, dia mencoba melucon lagi. Aku memilih melihat ke luar
minimarket yang sepi.
This made
me nausea, he tried to joke again. I chose to look outside the quiet minimarket.
“Boxnya
bertuliskan chicken namun siapa tahu di bawah kotak-kotak ayam itu ada benang
dan jarum.”
"There is word “chicken” in box, but who knew that under the
chicken boxes were threads and needles."
“Hmmm..apa
dia akan menyatukan daging-daging ayam itu dengan benang dan jarum itu?”tanyaku
asal.
"Hmmm ... was she going to unite
the chicken meat with the thread and the needle?” I said
“Ya!!,”kata
wanita itu. Aku cukup terkejut dengan nada suaranya.
"Yes !!," said the
woman. I was quite surprised by the tone
of her voice.
Dia
mendekatkan wajahnya, seperti akan berbisik padaku, “Dia keluar tengah malam..
Musik aneh dari motornya yang juga mengeluarkan suara aneh.. Seperti suara
mesin yang akan mogok namun tetap dipaksa.. Dan juga… Dia tidak menyatukan
daging ayam..tapi DAGINGMU!!”
Aku
mengeluarkan nafasku setelah tertahan sejak si wanita berbisik.
She brought her face closer, like she would
whisper to me, "He came out at midnight. The strange
music from his motorbike that also made a strange sound.
Like the sound of a machine that would strike but still forced ... and also ...
He did not unite chicken ... but your MEAT !! "
I let out my breath after being held
back since the woman whispered
“$13,”kata
wanita itu.
"$ 13," said the woman
Aku
buru-buru mengeluarkan uang dari dompetku. Dua puluh menit aku mendengar wanita
ini meracau, aku semakin yakin wanita itu sedang meracau karena aku mendapat
kaleng minuman alkohol yang terbuka di sisi lain meja kasir.
I hurried up to took money from my
wallet. Twenty minutes I heard this
woman raved, I was very convinced the woman was raving because I got an
alcohol's can which opened on the other side table.
“Thank
you!,”kataku ketus sambil berjalan meninggalkan mini market. Aku menatap sekali
lagi ke dalam mini market, wanita itu terlihat segera merapikan tempat itu.
"Thank you!" I said upset
while I walked away from the mini market.
I looked once more into the mini market, the woman was seen immediately
tidying up the place.
“Dasar
aneh,”umpatku. Aku berjalan masih di sepanjang gang minimarket. Langkahku
terhenti ketika melihat sebuah pemandangan. Aku terkekeh singkat,”Jadi ini
maksud wanita itu?”
"It was weird," I said. I walked along the alley of the
minimarket. My steps stopped when I saw
a scene. I chuckled briefly, "So, what
was the woman meant?
Yang
kulihat adalah seorang kurir yang menggunakan scooter baru saja memberikan
sebuah box bergambar ayam pada seorang nenek. Dan dia tampak baik-baik saja
dari tempatku berdiri.
I
saw a courier which used a scooter had just given a grandmother a chicken box.
he looked fine from where I stood.
“Aku
pasti sudah bodoh sempat tercengang akan cerita wanita gila itu..,”kataku
sambil terkekeh. Kurir berscooter itu menaiki skuternya dan mulai berjalan.
Memang benar ada musik dikeluarkan dari motor itu,cukup aneh memasangnya tengah
malam begini, maksudku.. Orang bukan tertarik malah kesal, dan juga suara
mesinnya yang terdengar begitu memilukan.
"I have been foolish to be shocked
at the story of that crazy woman ..." I said and laughed. The courier rode the scooter
and started to walk. It was true which
there was music released from the motorbike, it was strange to heard it in
midnight, I mean ... People who were not interested even annoyed, and also the
engine's sound so heartbreaking.
Aku
tidak begitu peduli pada si kurir hingga kami berpapasan, aku melayangkan
pandanganku padanya. Aku cukup terkejut dengan ekspresi si kurir. Tidak.. Bukan
hanya ekspresinya saja..Kau tahu..
I didn't really care for the courier
until we passed, I cast my gaze at him.
I was quite surprised by the expression of the courier. No ... Not just the expression ... You knew
...
Dia
tersenyum dengan barisan gigi yang rapi, tersenyum sangat lebar.. Bukan hal
yang aneh sampai kau menyadari bahwa tidak ada celah di antar giginya. Seperti
gigi Ken si barbie. Matanya melotot, melotot seluas yang dia bisa. Matanya
memandang lurus ke depan, jika ada lubang dia mungkin akan jatuh.
He smiled with neat rows of teeth,
smiled very wide ... It was not unusual until you realized that there were no
gaps between his teeth. Like Ken the
Barbie's teeth. His eyes glared, glaring
as wide as he could. His eyes looked
straight ahead, if there was a hole he might fall.
Aku
memandangnya, hingga matanya dengan intens melirik ke arahku. Aku segera
mengalihkan pandanganku,dan kurir itu melanjutkan perjalannya terus. Aku
menghembuskan nafasku, pemandangan itu membuat jantungku berdegup kencang dan
membuat dahiku berkeringat.
I looked at him, until his eyes
intensely glanced at me. I immediately
looked away, and the courier continued his journey. I exhaled my breath; the scene made my heart
beat and made my forehead sweat.
Aku
mendengar suara motor itu menjauh, langkahku pun kulanjutkan. Namun, suara itu
tidak kunjung lenyap, aku tahu mungkin karena terlalu sunyi.. Namun bukan
karena kesunyian, suara itu terdengar menguat lagi..perlahan. Aku berbalik dan
melihat scooter itu sudah berputar arah.
I heard the sound of the motorbike
moved away, I continued my steps.
However, the sound did not disappear, I knew it might be because it was
too quiet ... But not because of silence, the sound heard rising again ...
slowly. I turned and saw that the
scooter had turned around.
“Gila!!gila!!,”umpatku,
aku segera berlari. Menyebrang melalui jalan besar yang kini benar-benar sepi.
Aku yakin motor butut itu lebih lambat dari pelarianku. Aku tidak melihat
wanita-wanita malam itu lagi, namun mobilnya masih di situ.
"Crazy !! crazy !!" I said, I
immediately ran. Crossing through a big
road that is now completely deserted. I
was sure the battered motor was slower than my runner. I didn't see the ladies again, but the car was
still there.
Aku
menyesalinya. Aku ingin memberitahu mereka tentang si kurir atau agar aku bisa
mencari teman untuk saat ini. Aku mengetuk kaca jendelanya karena aku yakin
mereka di dalam saat melihat bayangan samar-samar dari luar. Aku menempelkan
mataku ke kaca jendelanya.
I regretted
it. I wanted to tell them about the courier or I
could find friends for now. I knocked on
the window because I was sure they were inside when they saw a faint shadow
from outside. I pressed my eyes to the
window.
Aku
sangat terkejut mendapati lima wanita duduk kaku di dalam mobil dengan
sudut-sudut bibir ditarik paksa agar tersenyum lebar! Mata mereka juga di tarik
agar melotot,bagian hitam matanya sudah hilang.
I was very surprised to find five women
who was sitting stiffly in the car with their lips forced to smile widely! Their eyes were also pulled to glare, the
black part of their eyes was gone.
Tidak.
Aku mundur beberapa langkah. Rasa shock bertambah lagi ketika si kurir berhenti
di belakang mobil, aku tidak menyadari suara yang sangat membuatku trauma. Aku
terpaku menatap kurir itu. Mata kurir itu masih menatap lurus ke depan.
No, I stepped back a few steps. The feeling of shock increased again when the
courier stopped behind the car, I did not realize the sound which really made
me traumatized. I stared at the
courier. The courier's eyes were still
staring straight ahead.
Bibirnya
perlahan bergerak membentuk kerucut. Motornya tiba – tiba mati begitu juga
dengan musik anehnya.
His lips slowly moved to form a
cone. The motorbike suddenly died as
same as the strange music.
Dia
mulai bersiul. Siulan yang juga aneh, siulan yang melengking dan membuatku
merinding. Siulannya seakan-akan mengisi setiap sudut blok ini.
He
started whistle. The whistles were also
strange, whistles which squeak and made me cringe. The whistles seemed to fill every corner of
this area.
Dia
berhenti.
He stopped.
Matanya
bergerak, MELIHAT KE ARAHKU, dia tersenyum lagi. Kali ini senyuman-seringai
yang membuat kakiku membawa tubuhku untuk segera lari dari tempat itu.
His eyes were moving, SEEING ON MY
DIRECTION, he smiled again.This smile
which made my legs brought my body to immediately run away from that place.
Kantung
belanjaanku tiba-tiba bocor di saat aku berlari. Aku segera menyelamatkan apa
yang bisa kuselamatkan terutama obat untuk temanku. Aku merasa dia masih
mengejarku.
My shopping bag suddenly leaked when I
ran. I immediately saved what I could
save, especially medicine for my friend.
I felt he was still pursued me.
Hingga
apartemen aku segera masuk dan berlari ke kamar kami. Aku mengunci apartemenku
dengan rapat.
Arriving at the apartment,
I immediately entered and ran to our room. I locked my apartment tightly.
Sejak
saat itu, aku memutuskan pindah dari tempat itu. Trauma begitu menyiksa diriku.
Polisi menemukan mobil yang berisi lima mayat dengan posisi yang aneh itu.
polisi tidak menemukan saksi atas kejadian itu, aku juga tidak mau bersaksi..
Karena seumur hidup aku akan dihantui oleh wajah si kurir. bersaksi hanya akan
membuatku semakin gila. Aku dan temanku meninggalkan kota itu dan memutuskan
untuk tidak kembali lagi.
Since
then, I decided to move from that place.
Trauma was so torturing me.
Police found a car containing five bodies in strange position. The police did not find witness from the
incident, I also did not want to testify... Because for the rest of my life, I would be haunted by
the courier's face. testifying would only make me crazy. My friend and I left the city and decided not
to return.
Penulis:
Nasaline
Author: Nasaline
References: